Skip to main content

Dermatitis Atopik / Penyakit Kulit

Penyakit kulit dan anak salah satunya adalah Dermatitis Atopik. Pada umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak dan sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum serta riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan kulit berulang dan kronis dengan disertai gatal. Sinonim dari penyakit ini adalah eczema atopik, eczema konstitusional, eczema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo Besnier.

Masalah Kesehatan
Dermatitis Atopik
No. ICPC-2 : S87 Dermatitis/atopic eczema
No. ICD-10 : L20 Atopic dermatitis
Tingkat Kemampuan : Dermatitis atopik (kecuali recalcitrant) 4A

Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
  • Pasien datang dengan keluhan gatal yang bervariasi lokasinya tergantung pada jenis dermatitis atopik (lihat klasifikasi).
  • Gejala utama DA adalah pruritus, dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk.
  • Pasien biasanya juga mempunyai riwayat sering merasa cemas, egois, frustasi, agresif, atau merasa tertekan.

Faktor Risiko
  • Wanita lebih banyak menderita DA dibandingkan pria (rasio 1,3 : 1).
  • Riwayat atopi pada pasien dan atau keluarga (rhinitis alergi, konjungtivitis alergi/vernalis, asma bronkial, dermatitis atopik, dan lain-lain).
  • Faktor lingkungan: jumlah keluarga kecil, pendidikan ibu semakin tinggi, penghasilan meningkat, migrasi dari desa ke kota, dan meningkatnya penggunaan antibiotik.
  • Riwayat sensitif terhadap wol, bulu kucing, anjing, ayam, burung, dan sejenisnya.

Faktor Pemicu
  • Makanan: telur, susu, gandum, kedelai, dan kacang tanah.
  • Tungau debu rumah
  • Sering mengalami infeksi di saluran napas atas (kolonisasi Staphylococus aureus)


Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
Kulit penderita DA:
  1. Kering pada perabaan
  2. Pucat/redup
  3. Jari tangan teraba dingin
  4. Terdapat papul, likenifikasi, eritema, erosi, eksoriasi, eksudasi dan krusta pada lokasi predileksi

Lokasi predileksi:
Tipe bayi (infantil)
  • Dahi, pipi, kulit kepala, leher, pergelangan tangan dan tungkai, serta lutut (pada anak yang mulai merangkak).
  • Lesi berupa eritema, papul vesikel halus, eksudatif, krusta.

Tipe anak
  • Lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian dalam, kelopak mata, leher, kadang-kadang di wajah.
  • Lesi berupa papul, sedikit eksudatif, sedikit skuama, likenifikasi, erosi. Kadang-kadang disertai pustul.

Tipe remaja dan dewasa
  • Lipat siku, lipat lutut, samping leher, dahi, sekitar mata, tangan dan pergelangan tangan, kadang-kadang ditemukan setempat misalnya bibir mulut, bibir kelamin, puting susu, atau kulit kepala.
  • Lesi berupa plak papular eritematosa, skuama, likenifikasi, kadang-kadang erosi dan eksudasi, terjadi hiperpigmentasi.

Berdasarkan derajat keparahan terbagi menjadi:
  1. DA ringan : apabila mengenai < 10% luas permukaan kulit.
  2. DA sedang : apabila mengenai 10-50% luas permukaan kulit.
  3. DA berat : apabila mengenai > 50% luas permukaan kulit.

Tanpa penyulit (umumnya tidak diikuti oleh infeksi sekunder).
Dengan penyulit (disertai infeksi sekunder atau meluas dan menjadi rekalsitran (tidak membaik dengan pengobatan standar).
Dermatitis Atopik

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan IgE serum (bila diperlukan dan dapat dilakukan di pelayanan primer)

Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik harus terdiri dari 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor dari kriteria Williams (1994) di bawah ini.
Kriteria mayor:
  1. Pruritus
  2. Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
  3. Dermatitis di fleksura pada dewasa
  4. Dermatitis kronis atau berulang
  5. Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya

Kriteria minor:
  1. Xerosis
  2. Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus atau virus herpes simpleks)
  3. Iktiosis/ hiperliniar palmaris/ keratosis piliaris
  4. Pitriasis alba
  5. Dermatitis di papilla mamae
  6. White dermogrhapism dan delayed blanch response
  7. Kelilitis
  8. Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
  9. Konjungtivitis berulang
  10. Keratokonus
  11. Katarak subskapsular anterior
  12. Orbita menjadi gelap
  13. Muka pucat atau eritem
  14. Gatal bila berkeringat
  15. Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak
  16. Aksentuasi perifolikular
  17. Hipersensitif terhadap makanan
  18. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi
  19. Tes kulit alergi tipe dadakan positif
  20. Kadar IgE dalam serum meningkat
  21. Mulai muncul pada usia dini

Pada bayi, kriteria diagnosis dimodifikasi menjadi:
1. Tiga kriteria mayor berupa:
  1. Riwayat atopi pada keluarga
  2. Dermatitis pada muka dan ekstensor
  3. Pruritus

2. Serta tiga kriteria minor berupa:
  1. Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris, aksentuasi perifolikular
  2. Fisura di belakang telinga
  3. Skuama di scalp kronis

Diagnosis banding
  • Dermatitis seboroik (terutama pada bayi), 
  • Dermatitis kontak, 
  • Dermatitis numularis, 
  • Skabies, 
  • Iktiosis , 
  • Psoriasis (terutama di daerah palmoplantar), 
  • Sindrom Sezary, 
  • Dermatitis herpetiformis

Pada bayi, diagnosis banding, yaitu Sindrom imunodefisiensi (misalnya sindrom Wiskott-Aldrich), Sindrom hiper IgE

Komplikasi
  • Infeksi sekunder
  • Perluasan penyakit (eritroderma)

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, yaitu:
  • Menemukan faktor risiko.
  • Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk pakaian seperti wol atau bahan sintetik.
  • Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab.
  • Menjaga kebersihan bahan pakaian.
  • Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan.
  • Membilas badan segera setelah selesai berenang untuk menghindari kontak klorin yang terlalu lama.
  • Menghindari stress psikis.
  • Menghindari bahan pakaian terlalu tebal, ketat, kotor.
  • Pada bayi, menjaga kebersihan di daerah popok, iritasi oleh kencing atau feses, dan hindari pemakaian bahan-bahan medicatedbaby oil.
  • Menghindari pembersih yang mengandung antibakteri karena menginduksi resistensi.

Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi diberikan dengan:
Topikal (2 kali sehari)
  • Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal, seperti: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonidkrim 0,025%) selama maksimal 2 minggu.
  • Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat krim 0,1% atau mometason furoat krim 0,1%.
  • Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas.

Oral sistemik
  • Antihistamin sedatif:klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
  • Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.

Pemeriksaan Penunjang Lanjutan (bila diperlukan)
Pemeriksaan untuk menegakkan atopi, misalnya skin prick test/tes uji tusuk pada kasus dewasa.

Konseling dan Edukasi

  1. Penyakit bersifat kronis dan berulang sehingga perlu diberi pengertian kepada seluruh anggota keluarga untuk menghindari faktor risiko dan melakukan perawatan kulit secara benar.
  2. Memberikan informasi kepada keluarga bahwa prinsip pengobatan adalah menghindari gatal, menekan proses peradangan, dan menjaga hidrasi kulit.
  3. Menekankan kepada seluruh anggota keluarga bahwa modifikasi gaya hidup tidak hanya berlaku pada pasien, juga harus menjadi kebiasaan keluarga secara keseluruhan.


Rencana tindak lanjut

  1. Diperlukan pengobatan pemeliharaan setelah fase akut teratasi. Pengobatan pemeliharaan dengan kortikosteroid topikal jangka panjang (1 kali sehari) dan penggunaan krim pelembab 2 kali sehari sepanjang waktu.
  2. Pengobatan pemeliharaan dapat diberikan selama maksimal 4 minggu.
  3. Pemantauan efek samping kortikosteroid. Bila terdapat efek samping, kortikosteroid dihentikan.


Kriteria Rujukan

  1. Dermatitis atopik luas dan berat
  2. Dermatitis atopik rekalsitran atau dependent steroid
  3. Bila diperlukan skin prick test/tes uji tusuk
  4. Bila gejala tidak membaik dengan pengobatan standar selama 4 minggu
  5. Bila kelainan rekalsitran atau meluas sampai eritroderma

Peralatan
Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit ini.

Prognosis
Prognosis pada umumnya bonam, dapat terkendali dengan pengobatan pemeliharaan.

Referensi

  1. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  2. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders Elsevier.
  3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman Pelayanan Medik. Jakarta.

Popular posts from this blog

Vulnus / Muskuloskeletal

Kulit merupakan bagian tubuh yang paling luar yang berguna melindungi diri dari trauma luar serta masuknya benda asing. Apabila kulit terkena trauma, maka dapat menyebabkan luka/vulnus. Luka tersebut dapat merusak jaringan, sehingga terganggunya fungsi tubuh serta dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Keadaan terjadinya diskontinuitas jaringan, dapat ditimbulkan oleh berbagai macam akibat yaitu trauma, meliputi luka robek (laserasi), luka akibat gesekan (abrasi), luka akibat tarikan (avulsi), luka tembus (penetrasi), gigitan, luka bakar, dan pembedahan. Masalah Kesehatan Vulnus No. ICPC-2 : S.16 Bruise / Contusion S.17 Abration / Scratch / Blister S.18 Laceration / Cut No. ICD-10 : T14.1 Open wound of unspecified body region Tingkat Kemampuan: a. Vulnus laceratum, punctum : 4A b. Vulnus perforatum, penetratum : 3B Etiologi  Berdasarkan mekanisme trauma, terdiri dari : Trauma tajam yang menimbulkan luka terbuka, misalnya : 1. Vulnus Punctum (Luka Tusuk)  Pen...

Reaksi Gigitan Serangga / Penyakit Kulit / Insect Bite

Reaksi gigitan serangga (insect bite reaction) adalah reaksi hipersensitivitas atau alergi pada kulit akibat gigitan (bukan terhadap sengatan/stings) dan kontak dengan serangga. Gigitan hewan serangga, misalnya oleh nyamuk, lalat, bugs, dan kutu, yang dapat menimbulkan reaksi peradangan yang bersifat lokal sampai sistemik. Masalah Kesehatan Reaksi Gigitan Serangga No. ICPC-2 : S12 Insect bite/sting No. ICD-10 : T63.4 Venom of other arthropods Tingkat Kemampuan : 4A Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Pasien datang dengan keluhan gatal, rasa tidak nyaman, nyeri, kemerahan, nyeri tekan, hangat atau bengkak pada daerah tubuh yang digigit, umumnya tidak tertutup pakaian. Kebanyakan penderita datang sesaat setelah merasa digigit serangga, namun ada pula yang datang dengan delayed reaction, misalnya 10-14 hari setelah gigitan berlangsung. Keluhan kadang-kadang diikuti dengan reaksi sistemik gatal seluruh tubuh, urtikaria, dan angioedema, serta dapat berkembang me...

Syok hipovolemik, obstruktif, kardiogenik dan distributif

Syok merupakan salah satu sindroma kegawatan yang memerlukan penanganan intensif dan agresif. Syok adalah suatu sindroma multifaktorial yang menuju hipoperfusi jaringan lokal atau sistemis dan mengakibatkan hipoksia sel dan disfungsi multipel organ. Kegagalan perfusi jaringan dan hantaran nutrisi dan oksigen sistemik yang tidak adekuat tak mampu memenuhi kebutuhan metabolisme sel.  Karakteristik kondisi ini, yaitu:  ketergantungan suplai oksigen,  kekurangan oksigen,  Asidosis jaringan sehingga terjadi metabolisme anaerob dan berakhir dengan kegagalan fungsi organ vital dan kematian.  Syok diklasifikasikan berdasarkan etiologi, penyebab dan karakteristik pola hemodinamik yang ditimbulkan, yaitu:  Syok Hipovolemik yaitu kegagalan perfusi dan suplai oksigen disebabkan oleh hilangnya sirkulasi volume intravaskuler sebesar >20-25% sebagai akibat dari perdarahan akut, dehidrasi, kehilangan cairan pada ruang ketiga atau akibat sekunder dilata...

Veruka Vulgaris / Kutil / Penyakit Kulit

Kutil / Veruka vulgaris merupakan hiperplasia epidermis yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu. Sinonim penyakit ini adalah kutil atau common wart. Penularan melalui kontak langsung dengan agen penyebab. Veruka ini sering dijumpai pada anak-anak dan remaja. Masalah Kesehatan Veruka Vulgaris No. ICPC-2 : S03 Warts No. ICD-10 : B07 Viral warts Tingkat Kemampuan : 4A Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Adanya kutil pada kulit dan mukosa. Faktor Risiko 1. Biasanya terjadi pada anak-anak dan orang dewasa sehat. 2. Pekerjaan yang berhubungan dengan daging mentah. 3. Imunodefisiensi. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis Papul berwarna kulit sampai keabuan dengan permukaan verukosa. Papul ini dapat dijumpai pada kulit, mukosa dan kuku. Apabila permukaannya rata, disebut dengan veruka Plana. Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena Koebn...

Benda asing di mata / Konjungtiva / Penyakit Mata

Benda asing di konjungtiva adalah benda yang dalam keadaan normal tidak dijumpai di konjungtiva dan dapat menyebabkan iritasi jaringan. Pada umumnya kelainan ini bersifat ringan, namun pada beberapa keadaan dapat berakibat serius terutama pada benda asing yang bersifat asam atau basa dan bila timbul infeksi sekunder. Masalah Kesehatan Benda asing di konjungtiva No. ICPC-2 : F76 Foreign body in eye No. ICD-10 : T15.9 Foreign body on external eye, part unspecified Tingkat Kemampuan : 4A Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Pasien datang dengan keluhan adanya benda yang masuk ke dalam konjungtiva atau matanya. Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, mata merah dan berair, sensasi benda asing, dan fotofobia. Faktor Risiko Pekerja di bidang industri yang tidak memakai kacamata pelindung, seperti: pekerja gerinda, pekerja las, pemotong keramik, pekerja yang terkait dengan bahan-bahan kimia (asam-basa). Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) ...