Skip to main content

Pre Eklampsia / Kesehatan Wanita

Pre-eklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan di atas 20 minggu yang ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi spesifik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Tanda utama penyakit ini adanya hipertensi dan proteinuria. 

Pre-eklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki tingkat komplesitas yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya karena pre-eklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga menimbulkan masalah pasca-persalinan. 

Masalah Kesehatan 
Pre-Eklampsia 
No. ICPC-2 : W81 Toxaemia of pregnancy 
No. ICD-10 : O14.9 Pre-eclampsia, unspecified 
Tingkat Kemampuan : 3B 

Hasil Anamnesis (Subjective) 
Keluhan 
  1. Pusing dan nyeri kepala 
  2. Nyeri ulu hati 
  3. Pandangan kurang jelas 
  4. Mual hingga muntah 

Faktor Risiko 
  1. Kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan penyakit mikrovaskular (antaralain : diabetes melitus, hipertensi kronik, gangguan pembuluh darah) 
  2. Sindrom antibody antiphospholipid (APS) 
  3. Nefropati 
  4. Faktor risiko lainnya dihubungkan dengan kehamilan itu sendiri, dan faktor spesifik dari ibu atau janin. a. Umur > 40 tahun b. Nullipara dan Kehamilan multipel 
  5. Obesitas sebelum hamil 
  6. Riwayat keluarga pre-eklampsia dan eklampsia 
  7. Riwayat pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya 

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) 
Pemeriksaan Fisik 
Pada pre-eklampsia ringan: 
  1. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu 
  2. Tes celup urin menunjukkan proteinuria +1 atau pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan hasil > 300 mg/24 jam 

Pada pre-eklampsia berat: 
  1. Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
  2. Tes celup urin menunjukkan proteinuria +2 atau pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan hasil > 5g/24 jam 
  3. Atau disertai keterlibatan organ lain: 

  •  Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati 
  •  Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas 
  •  Sakit kepala, skotoma penglihatan 
  •  Pertumbuhan janin terhambat, oligohidroamnion 
  •  Edema paru atau gagal jantung kongestif 
  •  Oligouria (<500cc/24 jam), kreatinin > 1.2 mg/dl 

Penegakan Diagnostik (Assessment) 
Diagnosis klinis 
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan. 

Diagnosis Banding 
Hipertensi gestasional, Hipertensi Kronik, Hipertensi Kronik dengan superimposed preeklampsia Komplikasi Sindrome HELLP, pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat, edema paru, kematian janin, koma, kematian ibu 

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) 
Non Medikamentosa 
1. Pre-eklampsia ringan 
  • Dapat di rawat jalan dengan pengawasan dan kunjungan antenatal yang lebih sering. 
  • Dianjurkan untuk banyak istirhat dengan baring atau tidur miring. Namun tidak mutlak selalu tirah baring 
  • Diet dengan cukup protein dengan rendah karbohidar, lemak dan garam secukupnya. 
  • Pemantuan fungsi ginjal, fungsi hati, dan protenuria berkala 

2. Pre-eklampsia berat 
Segera melakukan perencanaan untuk rujukan segera ke Rumah Sakit dan menghindari terjadi kejang dengan pemberian MgSO4. 

Medikamentosa 
1. Pantau keadaan klinis ibu tiap kunjungan antenatal: tekanan darah, berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh, ukuran uterus dan gerakan janin.
Obat Antihipertensi untuk ibu hamil
Nama Obat
Dosis
Keterangan
Nifedipine
4 x 10-30 mg peroral (short acting)
Dapat meyebabkan hipotensi pada ibu dan janin, bila diperlukan diberikan sublingual
Nikardipin
5 mg/jam, dapat dinitarsi 2,5 mg/jam tiap 5 menit hingga maksimun 10 mg/jam

Metildopa
2 x 250 – 500 mg peroral (dosis maksimal 2000 mg/hari)

Anti Hipertensi golongan ACE Inhibitor (misalnya kaptopril) , ARB, (misalnya Valsartan) dan klorotiazid dikontraindikasikan pada ibu hamil.

Penatalaksaan Pemberian dosis awal dan rumatan MgSO4 pada pasien pre-eklampsia
  • Berikan dosis awal 4 g MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah kejang atau kejang berulang
  • Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MgSO4 dalam 6 jam sesuai prosedur

Syarat pemberian MgSO4
  • Tersedia Ca Glukonas 10%
  • Ada reflex patella
  • Jumlah urin minimal 0,5 ml/Kg BB/jam

Cara pemberian dosis awal
  • Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dengan 10 ml akuades
  • Berikan larutan tersebut secra perlahan IV selama 20 menit
  • Jika akses intravena sulit, berikan masing-masing 5 gr MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 dalam 40%) IM di bokong kiri dan kanan

Cara pemberian dosis rumatan
  • Ambil 6 gr MgSO4 (15 ml larutan MgSO4) dan larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/Ringer Asetat, lalu berikan secra IV dengan kecepatan 28 tetes / meit selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang terakhir (bila eklampsia)


2. Rawat jalan (ambulatoir) 
  1. Ibu hamil banyak istirahat (berbaring/tidur miring)
  2. Konsumsi susu dan air buah 
  3. Antihipertensi:  Ibu dengan hipertensi berat selama kehailan perlu mendapatkan terapi antihipertensi.  Pilihan antihipertensi didasarkan terutama pada pengalaman dokter dan ketersediaan obat. 

Pertimbangan persalinan/terminasi kehamilan 
  1. Pada ibu dengan preeklampsi berat dengan janin sudah viable namun usia kehamilan belum mencapai 34 minggu, manajemen ekspektan dianjurkan, asalkan tidak terdapat kontraindikasi. 
  2. Pada ibu dengan preeklampsi berat, dimana usia kehamilan 34-37 minggu, manajemen ekspektan boleh dianjurkan, asalkan tidak terdapat hipertensi yang tidak terkontrol, disfungsi organ ibu, dan gawat janin. 
  3. Pada ibu dengan preeklampsi berat yang kehamilannya sudah aterm, persalinan dini dianjurkan. 
  4. Pada ibu dengan preeklampsia ringan atau hipertensi gestasional ringan yang sudah aterm, induksi persalinan dianjurkan. 

Konseling dan Edukasi 
  1. Memberikan informasi mengenai keadaan kesehatan ibu hamil dengan tekanan darah yang tinggi. 
  2. Melakukan edukasi terhadapa pasien, suami dan keluarga jika menemukan gejala atau keluhan dari ibu hamil segera memberitahu petugas kesehatan atau langsung ke pelayanan kesehatan 
  3. Sebelum pemberian MgSO4, pasien terlebih dulu diberitahu akan mengalami rasa panas dengan pemberian obat tersebut. 
  4. Suami dan keluarga pasien tetap diberi motivasi untuk melakukan pendampingan terhadap ibu hamil selama proses rujukan 

Kriteria Rujukan 
  1. Rujuk bila ada satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder. 
  2. Penanganan kegawatdaruratan harus di lakukan menjadi utama sebelum dan selama proses rujukan hingga ke Pelayanan Kesehatan sekunder. 

Peralatan 
  1. Doppler atau Laenec 
  2. Palu Patella 
  3. Obat-obat Antihipertensi 
  4. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin dan urinalisa. 
  5. Larutan MgSO4 40% 6. Larutan Ca Glukonas

Prognosis 
Prognosis pada umumnya dubia ad bonam baik bagi ibu maupun janin. 

Referensi 

  1. Kementerian Kesehatan RI dan WHO.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.Jakarta : KementerianKesehatan RI. 2013(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013) 
  2. Report on the national high blood pressure education program working group on high blood pressure in pregnancy. AJOG.2000: Vol.183. (National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy, 2000) 
  3. Lana, K. Wagner, M.D. Diagnosis and management of pre-eklampsia. The American Academy of Family Physicians. 2004 Dec 15; 70 (12): 2317-2324).(Lana & Wagner, 2004) 
  4. Cunningham, F.G. et.al. Hypertensive Disorder in Pregnancy. Williams Obstetrics. 21st Ed. Prentice Hall International Inc. Connecticut: Appleton and Lange. 2001; p. 653 - 694.(Cunningham, et al., 2001) 
  5. Prawirohardjo, S. Saifuddin, A.B. Rachimhadhi, T. Wiknjosastro Gulardi H. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi keempat cetakan ketiga. Jakarta :PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.. 2010: Hal 550-554.(Prawirohardjo, et al., 2010) 
  6. KementerianKesehatan RI. PedomanNasionalPelayananKedokteran : Diagnosis dan Tata Laksana Pre-eklampsia. Jakarta: KementerianKesehatan RI. 2013.(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013)

Popular posts from this blog

Vulnus / Muskuloskeletal

Kulit merupakan bagian tubuh yang paling luar yang berguna melindungi diri dari trauma luar serta masuknya benda asing. Apabila kulit terkena trauma, maka dapat menyebabkan luka/vulnus. Luka tersebut dapat merusak jaringan, sehingga terganggunya fungsi tubuh serta dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Keadaan terjadinya diskontinuitas jaringan, dapat ditimbulkan oleh berbagai macam akibat yaitu trauma, meliputi luka robek (laserasi), luka akibat gesekan (abrasi), luka akibat tarikan (avulsi), luka tembus (penetrasi), gigitan, luka bakar, dan pembedahan. Masalah Kesehatan Vulnus No. ICPC-2 : S.16 Bruise / Contusion S.17 Abration / Scratch / Blister S.18 Laceration / Cut No. ICD-10 : T14.1 Open wound of unspecified body region Tingkat Kemampuan: a. Vulnus laceratum, punctum : 4A b. Vulnus perforatum, penetratum : 3B Etiologi  Berdasarkan mekanisme trauma, terdiri dari : Trauma tajam yang menimbulkan luka terbuka, misalnya : 1. Vulnus Punctum (Luka Tusuk)  Pen...

Reaksi Gigitan Serangga / Penyakit Kulit / Insect Bite

Reaksi gigitan serangga (insect bite reaction) adalah reaksi hipersensitivitas atau alergi pada kulit akibat gigitan (bukan terhadap sengatan/stings) dan kontak dengan serangga. Gigitan hewan serangga, misalnya oleh nyamuk, lalat, bugs, dan kutu, yang dapat menimbulkan reaksi peradangan yang bersifat lokal sampai sistemik. Masalah Kesehatan Reaksi Gigitan Serangga No. ICPC-2 : S12 Insect bite/sting No. ICD-10 : T63.4 Venom of other arthropods Tingkat Kemampuan : 4A Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Pasien datang dengan keluhan gatal, rasa tidak nyaman, nyeri, kemerahan, nyeri tekan, hangat atau bengkak pada daerah tubuh yang digigit, umumnya tidak tertutup pakaian. Kebanyakan penderita datang sesaat setelah merasa digigit serangga, namun ada pula yang datang dengan delayed reaction, misalnya 10-14 hari setelah gigitan berlangsung. Keluhan kadang-kadang diikuti dengan reaksi sistemik gatal seluruh tubuh, urtikaria, dan angioedema, serta dapat berkembang me...

Syok hipovolemik, obstruktif, kardiogenik dan distributif

Syok merupakan salah satu sindroma kegawatan yang memerlukan penanganan intensif dan agresif. Syok adalah suatu sindroma multifaktorial yang menuju hipoperfusi jaringan lokal atau sistemis dan mengakibatkan hipoksia sel dan disfungsi multipel organ. Kegagalan perfusi jaringan dan hantaran nutrisi dan oksigen sistemik yang tidak adekuat tak mampu memenuhi kebutuhan metabolisme sel.  Karakteristik kondisi ini, yaitu:  ketergantungan suplai oksigen,  kekurangan oksigen,  Asidosis jaringan sehingga terjadi metabolisme anaerob dan berakhir dengan kegagalan fungsi organ vital dan kematian.  Syok diklasifikasikan berdasarkan etiologi, penyebab dan karakteristik pola hemodinamik yang ditimbulkan, yaitu:  Syok Hipovolemik yaitu kegagalan perfusi dan suplai oksigen disebabkan oleh hilangnya sirkulasi volume intravaskuler sebesar >20-25% sebagai akibat dari perdarahan akut, dehidrasi, kehilangan cairan pada ruang ketiga atau akibat sekunder dilata...

Veruka Vulgaris / Kutil / Penyakit Kulit

Kutil / Veruka vulgaris merupakan hiperplasia epidermis yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu. Sinonim penyakit ini adalah kutil atau common wart. Penularan melalui kontak langsung dengan agen penyebab. Veruka ini sering dijumpai pada anak-anak dan remaja. Masalah Kesehatan Veruka Vulgaris No. ICPC-2 : S03 Warts No. ICD-10 : B07 Viral warts Tingkat Kemampuan : 4A Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Adanya kutil pada kulit dan mukosa. Faktor Risiko 1. Biasanya terjadi pada anak-anak dan orang dewasa sehat. 2. Pekerjaan yang berhubungan dengan daging mentah. 3. Imunodefisiensi. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis Papul berwarna kulit sampai keabuan dengan permukaan verukosa. Papul ini dapat dijumpai pada kulit, mukosa dan kuku. Apabila permukaannya rata, disebut dengan veruka Plana. Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena Koebn...

Benda asing di mata / Konjungtiva / Penyakit Mata

Benda asing di konjungtiva adalah benda yang dalam keadaan normal tidak dijumpai di konjungtiva dan dapat menyebabkan iritasi jaringan. Pada umumnya kelainan ini bersifat ringan, namun pada beberapa keadaan dapat berakibat serius terutama pada benda asing yang bersifat asam atau basa dan bila timbul infeksi sekunder. Masalah Kesehatan Benda asing di konjungtiva No. ICPC-2 : F76 Foreign body in eye No. ICD-10 : T15.9 Foreign body on external eye, part unspecified Tingkat Kemampuan : 4A Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Pasien datang dengan keluhan adanya benda yang masuk ke dalam konjungtiva atau matanya. Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, mata merah dan berair, sensasi benda asing, dan fotofobia. Faktor Risiko Pekerja di bidang industri yang tidak memakai kacamata pelindung, seperti: pekerja gerinda, pekerja las, pemotong keramik, pekerja yang terkait dengan bahan-bahan kimia (asam-basa). Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) ...