Dermatitis perioral dapat terjadi pada anak dan dewasa. Dermatitis perioral adalah erupsi eritematosa persisten yang terdiri dari papul kecil dan papulo-pustul yang berlokasi di sekitar mulut. Dalam populasi dewasa, penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Namun, selama masa kanak-kanak persentase pasien pria lebih besar.
Pada anak-anak, penyakit ini memiliki kecenderungan untuk meluas ke periorbita atau perinasal. Beberapa agen penyebab terlibat dalam patogenesis penyakit ini diantaranya penggunaan kosmetik dan glukokortikoid. Studi case control di Australia memperlihatkan bahwa pemakaian kombinasi foundation, pelembab dan krim malam meningkatkan risiko terjadinya dermatitis perioral secara signifikan.
Penggunaan kortikosteroid merupakan penyebab utama penyakit ini pada anak-anak. Beberapa faktor lainnya yang juga diidentifikasai diantaranya infeksi, faktor hormonal, pemakaian pil kontrasepsi, kehamilan, fluoride dalam pastagigi, dan sensitasi merkuri dari tambalan amalgam.
Demodex folliculorum dianggap memainkan peran penting dalam patogenesis dermatitis perioral terutama pada anak dengan imunokompromais. Namun,laporan terbaru menunjukkan bahwa density dari D . folliculorum merupakan fenomena sekunder penyebab dermatitis perioral.
Pada anak-anak, penyakit ini memiliki kecenderungan untuk meluas ke periorbita atau perinasal. Beberapa agen penyebab terlibat dalam patogenesis penyakit ini diantaranya penggunaan kosmetik dan glukokortikoid. Studi case control di Australia memperlihatkan bahwa pemakaian kombinasi foundation, pelembab dan krim malam meningkatkan risiko terjadinya dermatitis perioral secara signifikan.
Penggunaan kortikosteroid merupakan penyebab utama penyakit ini pada anak-anak. Beberapa faktor lainnya yang juga diidentifikasai diantaranya infeksi, faktor hormonal, pemakaian pil kontrasepsi, kehamilan, fluoride dalam pastagigi, dan sensitasi merkuri dari tambalan amalgam.
Demodex folliculorum dianggap memainkan peran penting dalam patogenesis dermatitis perioral terutama pada anak dengan imunokompromais. Namun,laporan terbaru menunjukkan bahwa density dari D . folliculorum merupakan fenomena sekunder penyebab dermatitis perioral.
Masalah Kesehatan
Dermatitis Perioral
No. ICPC-2 : S99 Skin disease other
No. ICD-10 : L71.0 Perioral dermatitis
Tingkat Kemampuan : 4A
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan yang dirasakan pasien adalah gatal dan rasa panas disertai timbulnya lesi di sekitar mulut.
Faktor Risiko
- Pemakaian kortikosteroid topikal.
- Pemakaian kosmetik.
- Pasien imunokompromais
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
Erupsi eritematosa yang terdiri dari papul,papulopustul atau papulovesikel, biasanya tidak lebih dari 2 mm. Lesi berlokasidi sekitar mulut, namun pada anak lesi dapat meluas ke perinasal atau periorbita.
Pemeriksaan Penunjang
Umumnya tidak diperlukan.
Dermatititis perioral
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Ditegakkan ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaaan fisik.
Diagnosis Banding
Dermatitis kontak, Dermatitis seboroik, Rosasea, Akne, Lip-licking cheilitis, Histiocytosis , Sarkoidosis
Komplikasi
Infeksi sekunder
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Untuk keberhasilan pengobatan, langkah pertama yang dilakukan adalah menghentikan penggunaan semua kosmetik dan kortikosteroidtopikal. Jika tidak diobati, bentuk klasik dermatitis perioral memiliki kecenderungan untuk bertahan, terutama jika pasien terbiasa menggunakan pelembab atau krim malam.
Dalam kasus resisten, dermatitis perioral membutuhkan farmakoterapi, seperti:
Topikal
- Metronidazol krim atau emulsi 0,75%-1%, dua kali sehari (satu kali sehari pada anak) selama 8 minggu.
- Klindamisin krim 1%, satu atau dua kali sehari
- Eritromisin krim 2-3% satu atau dua kali sehari
- Asam azelaik krim 20% atau gel 15%, dua kali sehari
- Adapalene gel 0,1%, sekali sehari selama 4 minggu
- Tetrasiklin 250-500 mg, dua kali sehari selama 3 minggu. Jangan diberikan pada pasien sebelum usia pubertas.
- Doksisiklin 100 mg per hari selama 3 minggu. Jangan diberikan pada pasien sebelum usia pubertas.
- Minosiklin 100 mg per hari selama 4 minggu. Jangan diberikan pada pasien sebelum usia pubertas.
- Eritromisin 250 mg, dua kali sehari selama 4-6 minggu
- Azytromisin 500 mg per hari, 3 hari berturut-turut per minggu selama 4 minggu.
Pada pasien yang menderita dermatitis perioral dalam waktu lama, pemeriksaan mikroskopis lesi dapat disarankan untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri, jamur atau adanya Demodex folliculorum.
Konseling dan Edukasi
Edukasi dilakukan terhadap pasien dan pada pasien anak edukasi dilakukan kepada orangtuanya. Edukasi berupa menghentikan pemakaian semua kosmetik, menghentikan pemakaian kortikostroid topikal. Eritema dapat terjadi pada beberapa hari setelah penghentian steroid.
Kriteria rujukan
Pasien dirujuk apabila memerlukan pemeriksaan mikroskopik atau pada pasien dengan gambaran klinis yang tidak biasa dan perjalanan penyakit yang lama.
Peralatan
Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit dermatitis perioral.
Prognosis
Prognosis umumnya bonam jika pasien menghentikan penggunaan kosmetik atau kortikosteroid topikal.
Referensi
- Caputo, R. & Barbareschi, M. 2007. Current And Future Treatment Options For Perioral Dermatitis. Expert Review Of Dermatology, 2, 351-355. Available from http://Search.Proquest.Com/Docview/912278300/Fulltextpdf/Dc34942e98744010pq/5?Accountid=17242(7 Juni 2014)..
- Green, B. D. O. & Morrell, D. S. M. D. 2007. Persistent Facial Dermatitis: Pediatric Perioral Dermatitis. Pediatric Annals, 36,pp.796-8. Available from http://search.proquest.com/docview/217556989/fulltextPDF?accountid=17242 (7 Juni 2014).
- Weber, K. & Thurmayr, R. 2005. Critical Appraisal Of Reports On The Treatment Of Perioral Dermatitis. Dermatology, 210, 300-7. Available from http://search.proquest.com/docview/275129538/DC34942E98744010PQ/1?accountid=17242#(7 Juni 2014).