Diabetes
Melitus (DM) tipe 2, menurut American Diabetes Association (ADA) adalah
kumpulan gejala yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada
kerja insulin (resistensi insulin) dan sekresi insulin atau
kedua-duanya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
terjadi peningkatan dari 1,1% (2007) menjadi 2,1% (2013). Proporsi
penduduk ≥15 tahun dengan diabetes mellitus (DM) adalah 6,9%. WHO
memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM tipe 2 di Indonesia dari 8,4
juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
Senada dengan WHO, International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030.
Masalah Kesehatan
Senada dengan WHO, International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030.
Diabetes Mellitus Tipe 2
No. ICPC-2 : T90 Diabetes non-insulin dependent
No. ICD-10 : E11 Non-insulin-dependent diabetes mellitus
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
- Polifagia
- Poliuri
- Polidipsi
- Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
Keluhan tidak khas:
- Lemah
- Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas)
- Gatal
- Mata kabur
- Disfungsi ereksi pada pria
- Pruritus vulvae pada wanita
- Luka yang sulit sembuh
Faktor risiko
- Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 25 kg/m2)
- Riwayat penyakit DM di keluarga
- Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau sedang dalam terapi hipertensi)
- Riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4000 gram atau pernah didiagnosis DM Gestasional
- Perempuan dengan riwayat PCOS (polycistic ovary syndrome)
- Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) / TGT (Toleransi Glukosa Terganggu)
- Aktifitas jasmani yang kurang
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
- Penilaian berat badan
- Mata : Penurunan visus, lensa mata buram
- Extremitas : Uji sensibilitas kulit dengan mikrofilamen
Pemeriksaan Penunjang
- Gula Darah Puasa
- Gula Darah 2 jam Post Prandial
- Urinalisis
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis Klinis
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
- Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir ATAU
- Gejala Klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam ATAU
- Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO)> 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standard WHO, menggunakan beban glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam air.
Apabila
hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau
Gula Darah Puasa Teranggu (GDPT) tergantung dari hasil yang diperoleh.
Kriteria gangguan toleransi glukosa:
- GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100–125 mg/dl (5,6–6,9 mmol/l)
- TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO kadar glukosa plasma 140–199 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram (7,8 -11,1 mmol/L)
- HbA1C 5,7 -6,4%
Komplikasi
- Akut: Ketoasidosis diabetik, Hiperosmolar non ketotik, Hipoglikemia
- Kronik: Makroangiopati, Pembuluh darah jantung, Pembuluh darah perifer, Pembuluh darah otak
- Mikroangiopati: Pembuluh darah kapiler retina, pembuluh darah kapiler renal
- Neuropati
- Gabungan: Kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetik, disfungsi ereksi
Penatalaksanaan komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan modifikasi gaya hidup dan pengobatan (algoritma pengelolaan DM tipe 2)
Penatalaksanaan
Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan modifikasi gaya hidup dan pengobatan (algoritma pengelolaan DM tipe 2)
Catatan:
Pemilihan jenis Obat Hipoglikemik oral (OHO) dan insulin bersifat
individual tergantung kondisi pasien dan sebaiknya mengkombinasi obat
dengan cara kerja yang berbeda.
Dosis OHO
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
- OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis optimal.
- Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan.
- Metformin : sebelum/pada saat/sesudah makan.
- Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan suapan pertama.
Penunjang Penunjang
- Urinalisis
- Funduskopi
- Pemeriksaan fungsi ginjal
- EKG
- Xray thoraks
Rencana Tindak Lanjut:
Tindak lanjut adalah untuk pengendalian kasus DM berdasarkan parameter berikut:
Tindak lanjut adalah untuk pengendalian kasus DM berdasarkan parameter berikut:
Kriteria pengendalian DM (berdasarkan konsensus DM)
Keterangan:
Angka-angka laboratorium di atas adalah hasil pemeriksaan plasma vena.
Perlu konversi nilai kadar glukosa darah dari darah kapiler darah utuh dan plasma vena
Angka-angka laboratorium di atas adalah hasil pemeriksaan plasma vena.
Perlu konversi nilai kadar glukosa darah dari darah kapiler darah utuh dan plasma vena
Konseling dan Edukasi
Edukasi meliputi pemahaman tentang:
Edukasi meliputi pemahaman tentang:
- Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh tetapi dapat dikontrol
- Gaya hidup sehat harus diterapkan pada penderita misalnya olahraga, menghindari rokok, dan menjaga pola makan.
- Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap 2 minggu
Perencanaan Makan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:
- Karbohidrat 45 – 65 %
- Protein 15 – 20 %
- Lemak 20 – 25 %
Jumlah
kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari. Diusahakan lemak
berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA = Mono Unsaturated
Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam
lemak jenuh. Jumlah kandungan serat + 25 g/hr, diutamakan serat larut.
Jumlah kalori basal per hari:
1. Laki-laki: 30 kal/kg BB idaman
2. Wanita: 25 kal/kg BB idaman
Jumlah kalori basal per hari:
1. Laki-laki: 30 kal/kg BB idaman
2. Wanita: 25 kal/kg BB idaman
Rumus Broca:*
Berat badan idaman = ( TB – 100 ) – 10 %
*Pria < 160 cm dan wanita < 150 cm, tidak dikurangi 10 % lagi.
BB kurang : < 90 % BB idaman
BB normal : 90 – 110 % BB idaman
BB lebih : 110 – 120 % BB idaman
Gemuk : >120 % BB idaman
Berat badan idaman = ( TB – 100 ) – 10 %
*Pria < 160 cm dan wanita < 150 cm, tidak dikurangi 10 % lagi.
BB kurang : < 90 % BB idaman
BB normal : 90 – 110 % BB idaman
BB lebih : 110 – 120 % BB idaman
Gemuk : >120 % BB idaman
Penyesuaian (terhadap kalori basal/hari):
1. Status gizi:
- BB gemuk - 20 %
- BB lebih - 10 %
- BB kurang + 20 %
2. Umur > 40 tahun : - 5 %
3. Stres metabolik (infeksi, operasi,dll): + (10 s/d 30 %)
4. Aktifitas:
3. Stres metabolik (infeksi, operasi,dll): + (10 s/d 30 %)
4. Aktifitas:
- Ringan + 10 %
- Sedang + 20 %
- Berat + 30 %
5. Hamil:
- trimester I, II + 300 kal
- trimester III / laktasi + 500 kal
Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-5 kali seminggu selama kurang lebih 30-60 menit minimal 150 menit/minggu intensitas sedang). Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun, harus tetap dilakukan.
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-5 kali seminggu selama kurang lebih 30-60 menit minimal 150 menit/minggu intensitas sedang). Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun, harus tetap dilakukan.
Kriteria Rujukan
Untuk penanganan tindak lanjut pada kondisi berikut:
- DM tipe 2 dengan komplikasi
- DM tipe 2 dengan kontrol gula buruk
- DM tipe 2 dengan infeksi berat
Peralatan
- Laboratorium untuk pemeriksaan gula darah, darah rutin, urin rutin, ureum, kreatinin
- Alat Pengukur berat dan tinggi badan anak serta dewasa
- Monofilamen test
Prognosis
Prognosis umumnya adalah dubia. Karena penyakit ini adalah penyakit kronis, quo ad vitam umumnya adalah dubia ad bonam, namun quo ad fungsionam dan sanationamnya adalah dubia ad malam.
Prognosis umumnya adalah dubia. Karena penyakit ini adalah penyakit kronis, quo ad vitam umumnya adalah dubia ad bonam, namun quo ad fungsionam dan sanationamnya adalah dubia ad malam.
Referensi
- Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati, S.Eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed 4. Vol. III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.
- Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2011. (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2006)
- Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI dan Persadia. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus pada Layanan Primer, ed.2, 2012. (Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Indonesia FKUI, 2012)