Skip to main content

Vertigo / Pusing Berputar

Vertigo
No. ICPC-2 :N17 Vertigo/dizziness
No. ICD-10 : R42 Dizziness and giddiness
Tingkat Kemampuan : 4A
(Vertigo Vestibular/ Benign Paroxismal Positional Vertigo (BPPV))

Masalah Kesehatan
Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan sekitarnya. Persepsi gerakan bisa berupa: 
  1. Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan vestibular. 
  2. Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual 
Berdasarkan letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo vestibular, yaitu: 
  1. Vertigo vestibular perifer. Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis 
  2. Vertigo vestibular sentral. Timbul pada lesi di nukleus vestibularis batang otak, thalamus sampai ke korteks serebri. 
Vertigo merupakan suatu gejala dengan berbagai penyebabnya, antara lain: akibat kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Secara spesifik, penyebab vertigo, adalah:
  1. Vertigo vestibular. Vertigo perifer disebabkan oleh Benign Paroxismal Positional Vertigo (BPPV), Meniere’s Disease, neuritis vestibularis, oklusi arteri labirin, labirhinitis, obat ototoksik, autoimun, tumor nervus VIII, microvaskular compression, fistel perilimfe. Vertigo sentral disebabkan oleh migren, CVD, tumor, epilepsi, demielinisasi, degenerasi. 
  2. Vertigo non vestibular. Disebabkan oleh polineuropati, mielopati, artrosis servikalis, trauma leher, presinkop, hipotensi ortostatik, hiperventilasi, tension headache, penyakit sistemik. BPPV adalah gangguan klinis yang sering terjadi dengan karakteristik serangan vertigo di perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan dengan perubahan posisi kepala dari tidur, melihat ke atas, kemudian memutar kepala. 
BPPV adalah penyebab vertigo dengan prevalensi 2,4% dalam kehidupan seseorang. Studi yang dilakukan oleh Bharton 2011, prevalensi akan meningkat setiap tahunnya berkaitan dengan meningkatnya usia sebesar 7 kali atau seseorang yang berusia di atas 60 tahun dibandingkan dengan 18-39 tahun. BPPV lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki.



Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Vertigo vestibular 
Menimbulkan sensasi berputar, timbulnya episodik, diprovokasi oleh gerakan kepala, bisa disertai rasa mual atau muntah. Vertigo vestibular perifer timbulnya lebih mendadak setelah perubahan posisi kepala dengan rasa berputar yang berat, disertai mual atau muntah dan keringat dingin. Bisa disertai gangguan pendengaran berupa tinitus, atau ketulian, dan tidak disertai gejala neurologik fokal seperti hemiparesis, diplopia, perioralparestesia, paresis fasialis. Vertigo vestibular sentral timbulnya lebih lambat, tidak terpengaruh oleh gerakan kepala. Rasa berputarnya ringan, jarang disertai rasa mual dan muntah, tidak disertai gangguan pendengaran. Keluhan dapat disertai dengan gejala neurologik fokal seperti hemiparesis, diplopia, perioralparestesia, paresis fasialis. 

Vertigo non vestibular 
Sensasi bukan berputar, melainkan rasa melayang, goyang, berlangsung konstan atau kontinu, tidak disertai rasa mual dan muntah, serangan biasanya dicetuskan oleh gerakan objek sekitarnya seperti di tempat keramaian misalnya lalu lintas macet. 

Pada anamnesis perlu digali penjelasan mengenai: Deskripsi jelas keluhan pasien. Pusing yang dikeluhkan dapat berupa sakit kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak stabil atau melayang.
Bentuk serangan vertigo: 
  • Pusing berputar
  • Rasa goyang atau melayang
 Sifat serangan vertigo: 
  • Periodik
  • Kontinu
  • Ringan atau berat 

Ilustari vertigo

Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa: 
  • Perubahan gerakan kepala atau posisi 
  • Situasi: keramaian dan emosional 
  • Suara 
Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo: a. Mual, muntah, keringat dingin b. Gejala otonom berat atau ringan 
Gangguan pendengaran. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti : tinitus atau tuli 
Riwayat obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti: streptomisin, gentamisin, kemoterapi 
Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment 
Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung 
Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral numbness, disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda, ataksia serebelaris 

Gambaran klinis BPPV:
  • Vertigo timbul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu sisi Pada waktu berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk. atau menegakkan kembali badan, menunduk atau menengadah.
  • Serangan berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 10-30 detik. 
  • Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual, kadang-kadang muntah. 
  • Setelah rasa berputar menghilang, pasien bisa merasa melayang dan diikuti disekulibrium selama beberapa hari sampai minggu. BPPV dapat muncul kembali.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective) 
Pemeriksaan Fisik 
  1. Pemeriksaan umum 
  2. Pemeriksaan sistem kardiovaskuler yang meliputi pemeriksaan tekanan darah pada saat baring, duduk dan berdiri dengan perbedaan lebih dari 30 mmHg. 
  3. Pemeriksaan neurologis 
  • Kesadaran: kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo non vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo vestibuler sentral. 
  • Nervus kranialis: pada vertigo vestibularis sentral dapat mengalami gangguan pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII, VIII, IX, X, XI, XII. 
  • Motorik: kelumpuhan satu sisi (hemiparesis). 
  • Sensorik: gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi). 
  • Keseimbangan (pemeriksaan khusus neurootologi):
Tes nistagmus:
Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen cepat, sedangkan komponen lambat menunjukkan lokasi lesi: unilateral, perifer, bidireksional, sentral.

Tes Romberg: Jika pada keadaan berdiri dengan kedua kaki rapat dan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika saat mata terbuka pasien tidak jatuh, tapi saat mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada sistem vestibuler atau proprioseptif (Tes Romberg positif).

Tes Romberg dipertajam (sharpen Romberg/tandem Romberg):
Jika pada keadaan berdiri tandem dengan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif.

Tes jalan tandem:
pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu sisi. Pada kelaianan vestibuler, pasien akan mengalami deviasi. 

Tes Fukuda (Fukuda stepping test), dianggap abnormal jika saat berjalan ditempat selama 1 menit dengan mata tertutup terjadi deviasi ke satu sisi lebih dari 30 derajat atau maju mundur lebih dari satu meter.

Tes past pointing,
pada kelainan vestibuler ketika mata tertutup maka jari pasien akan deviasi ke arah lesi. Pada kelainan serebelar akan terjadi hipermetri atau hipometri. 

Pemeriksaan Penunjang 
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan etiologi.
Penegakan diagnostik(Assessment) 
Diagnosis Klinis 
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis.



Perbedaan vertigo vestibuler dan non vestibuler
Gejala
Vertigo vestibuler
Vertigo non vestibuler

Sensasi
Rasa berputar
Melayang, goyang

Tempo serangan
Episodik
Kontinu, konstan

Mual dan muntah
Positif
Negatif

Gangguan pendengaran
Positif atau negative
Negatif

Gerakan pencetus
Gerakan kepala
Gerakan objek visual

 


Perbedaan vertigo perifer dengan vertigo sentral
Gejala
Perifer
Sentral

Bangkitan
Lebih mendadak
Lebih lambat

Beratnya vertigo
Berat
Ringan

Pengaruh gerakan kepala
++
+/-

Mual/muntah/keringatan
++
+

Gangguan pendengaran
+/-
-

Tanda fokal otak
-
+/-



Diagnosis banding gangguan neurologi
Gangguan otologi
Gangguan neurologi
Keadaan lain

Penyakit meniere
Migraine associated dizziness
Kecemasan

Neuritis vestibularis
Insufisiensi vertebrobasiler
Gangguan panik

Labirhinitis
Penyakit demielinisasi
Vertigo servikogenik

Superior canal dehi-scence syndrome
Lesi susunan saraf pusat
Efek samping obat

Vertigo pasca trauma

Hipotensi postural


Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) 
Penatalaksanaan 
  1. Pasien dilakukan latihan vestibular (vestibular exercise) dengan metode Brand Daroff. 
  2. Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik. Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain. Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam hari masing-masing diulang 5 kali serta dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan latihan pagi dan sore hari. 
  3. Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering kali merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. 
Beberapa golongan yang sering digunakan: 
Antihistamin (Dimenhidrinat, Difenhidramin, Meksilin, Siklisin) 
  • Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Obat dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan intramuskular dan intravena), dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
  • Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. 
  • Senyawa Betahistin (suatu analog histamin): - Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral. - Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa dosis. 
Kalsium Antagonis Cinnarizine,
mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1x75 mg sehari. 

Terapi BPPV: 
  1. Komunikasi dan informasi: 
  2. Karena gejala yang timbul hebat, pasien menjadi cemas dan khawatir akan adanya penyakit berat seperti stroke atau tumor otak. Oleh karena itu, pasien perlu diberikan penjelasan bahwa BPPV bukan sesuatu yang berbahaya dan prognosisnya baik serta hilang spontan setelah beberapa waktu, namun kadang-kadang dapat berlangsung lama dan dapat kambuh kembali. 
  3. Obat antivertigo seringkali tidak diperlukan namun apabila terjadi dis-ekuilibrium pasca BPPV, pemberian betahistin akan berguna untuk mempercepat kompensasi. 
 Terapi BPPV kanal posterior: 
1. Manuver Epley 
2. Prosedur Semont 
3. Metode Brand Daroff 

Rencana Tindak Lanjut 
Vertigo pada pasien perlu pemantauan untuk mencari penyebabnya kemudian dilakukan tatalaksana sesuai penyebab. 

Konseling dan Edukasi 
  1. Keluarga turut mendukung dengan memotivasi pasien dalam mencari penyebab vertigo dan mengobatinya sesuai penyebab. 
  2. Mendorong pasien untuk teratur melakukan latihan vestibular.
Kriteria Rujukan 
  1. Vertigo vestibular tipe sentral harus segera dirujuk. 
  2. Tidak terdapat perbaikan pada vertigo vestibular setelah diterapi farmakologik dan non farmakologik.
Peralatan
  1. Palu refleks 
  2. Sphygmomanometer 
  3. Termometer 
  4. Garpu tala (penala) 
  5. Obat antihistamin 
  6. Obat antagonis kalsium
Prognosis 
Pada BPPV, prognosis umumnya baik, namun BPPV sering terjadi berulang.
Referensi 
  1. Kelompok Studi Vertigo. Pedoman Tatalaksana Vertigo. Pehimpunan Dokter Spesialis Neurologi (Perdossi). 2012. (Kelompok Studi Vertigo, 2012) 
  2. Sura, D.J. Newell, S. Vertigo-Diagnosis and management in primary care. BJMP. 2010;3(4):a351. (Sura & Newell, 2010) 
  3. Lempert, T. Neuhauser, H. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular migraine. Journal Neurology. 2009:25:333-338. (Lempert & Neuhauser, 2009) 
  4. Labuguen, R.H. Initial Evaluation of Vertigo.Journal American Family Physician. 2006.; Vol73(2). (Labuguen, 2006) 
  5. Mardjono, M. Sidharta, P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2008. (Mardjono & Sidharta, 2008) 
  6. Turner, B. Lewis, N.E. Symposium Neurology:Systematic Approach that Needed for establish of Vertigo. The Practitioner. 2010; 254 (1732) p. 19-23. (Turner & Lewis, 2010) 
  7. Chain, T.C. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with Dizziness and Vertigo. Illinois: Wolter Kluwer Lippincot. William and Wilkins. 2009 (Chain, 2009)

Popular posts from this blog

Benda asing di mata / Konjungtiva / Penyakit Mata

Benda asing di konjungtiva adalah benda yang dalam keadaan normal tidak dijumpai di konjungtiva dan dapat menyebabkan iritasi jaringan. Pada umumnya kelainan ini bersifat ringan, namun pada beberapa keadaan dapat berakibat serius terutama pada benda asing yang bersifat asam atau basa dan bila timbul infeksi sekunder. Masalah Kesehatan Benda asing di konjungtiva No. ICPC-2 : F76 Foreign body in eye No. ICD-10 : T15.9 Foreign body on external eye, part unspecified Tingkat Kemampuan : 4A Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Pasien datang dengan keluhan adanya benda yang masuk ke dalam konjungtiva atau matanya. Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, mata merah dan berair, sensasi benda asing, dan fotofobia. Faktor Risiko Pekerja di bidang industri yang tidak memakai kacamata pelindung, seperti: pekerja gerinda, pekerja las, pemotong keramik, pekerja yang terkait dengan bahan-bahan kimia (asam-basa). Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Takikardi / Penyakit Kardiovaskuler

Takikardi adalah suatu kondisi dimana denyut jantung istirahat seseorang secara abnormal lebih dari 100 kali per menit. Sedangkan supraventikular takikardi (SVT) adalah takikardi yang berasal dari sumber di atas ventrikel (atrium atau AV junction), dengan ciri gelombang QRS sempit (< 0,12ms) dan frekuensi lebih dari 150 kali per menit. Ventrikular Takikardi (VT) adalah takikardi yang berasal dari ventrikel, dengan ciri gelombang QRS lebar (> 0,12ms) dan frekuensi biasanya lebih dari 150 kali per menit. VT ini bisa menimbulkan gangguan hemodinamik yang memerlukan tindakan resusitasi. Masalah Kesehatan Takikardia No. ICPC-2 : K79 Paroxysmal Tachicardy No. ICD-10 : R00.0 Tachicardy Unspecified I47.1 Supraventicular Tachicardy I47.2 Ventricular Tachicardy Tingkat Kemampuan : 3B Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Gejala utama meliputi: Palpitasi  Sesak napas  Mudah lelah  Nyeri atau rasa tidak nyaman di dada  Denyut jantung istirahat lebih dari 100 ka

Lipoma / Tumor Jinak / Muskuloskeletal

Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada di bawah kulit yang terdiri dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun), namun juga dapat dijumpai pada anak-anak. Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari diameter 6 cm. Masalah Kesehatan  Lipoma  No. ICPC-2 : S78 Lipoma No.ICD-10 : D17.9 Benign lipomatous neoplasm Tingkat Kemampuan : 4A Hasil Anamnesis  Keluhan Benjolan di kulit tanpa disertai nyeri. Biasanya tanpa gejala apa-apa (asimptomatik). Hanya dikeluhkan timbulnya benjolan yang membesar perlahan dalam waktu yang lama. Bisa menimbulkan gejala nyeri jika tumbuh dengan menekan saraf. Untuk tempat predileksi seperti di leher bisa menimbulkan keluhan menelan dan sesak. Faktor Risiko  Adiposisdolorosis  Riwayat keluarga dengan lipoma  Sindrom Gardner Usia menengah dan usia lanjut Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)  Pemeriksaan Fisik Patologis Keadaan Umum : ta

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) / Penyakit Digestive

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah mekanisme refluks melalui sfingter esofagus. Masalah Kesehatan Refluks Gastroesofageal No ICPC-2 : D84 Oesphagus disease No ICD-10 : K21.9Gastro-oesophageal reflux disease without oesophagitis Tingkat Kemampuan : 4A Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Rasa panas dan terbakar di retrosternal atau epigastrik dan dapat menjalar ke leher disertai muntah, atau timbul rasa asam di mulut.  Hal ini terjadi terutama setelah makan dengan volume besar dan berlemak. Keluhan ini diperberat dengan posisi berbaring terlentang.  Keluhan ini juga dapat timbul oleh karena makanan berupa saos tomat, peppermint, coklat, kopi, dan alkohol.  Keluhan sering muncul pada malam hari. Faktor risiko Usia > 40 tahun, obesitas, kehamilan, merokok, konsumsi kopi, alkohol, coklat, makan berlemak, beberapa obat di antaranya nitrat, teofilin dan verapamil, pakaian yang ketat, atau pekerja yang sering mengangkat beban berat. Ha

Artritis, Osteoartritis / Muskuloskeletal

Penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Pasien sering datang berobat pada saat sudah ada deformitas sendi yang bersifat permanen. Masalah Kesehatan Artritis, Osteoartritis No. ICPC-2 : L91 Osteoarthrosis other No. ICD-10 : M19.9 Osteoarthrosis other Tingkat Kemampuan : 3A Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Nyeri sendi Hambatan gerakan sendi Kaku pagi Krepitasi Pembesaran sendi Perubahan gaya berjalan Faktor Risiko Usia > 60 tahun Wanita, usia >50 tahun atau menopouse Kegemukan/ obesitas Pekerja berat dengen penggunaan satu sendi terus menerus Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis Hambatan gerak Krepitasi Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris Tanda-tanda peradangan sendi Deformitas sendi yang permanen Perubahan gaya berjalan Pemeriksaan Penunjang Radiografi Penegakan Diagnosis (Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakka