Skip to main content

Parotitis / Penyakit Digestive


Parotitis adalah peradangan pada kelenjar parotis. Parotitis dapat disebabkan oleh infeksi virus, infeksi bakteri, atau kelainan autoimun, dengan derajat kelainan yang bervariasi dari ringan hingga berat. Salah satu infeksi virus pada kelenjar parotis, yaitu parotitis mumps (gondongan) sering ditemui pada layanan primer dan berpotensi menimbulkan epidemi di komunitas. Dokter di pelayanan kesehatan primer dapat berperan menanggulangi parotitis mumps dengan melakukan diagnosis dan tatalaksana yang adekuat serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap imunisasi, khususnya MMR.

Masalah Kesehatan
Parotitis
No. ICPC-2 : D71. Mumps / D99. Disease digestive system, other
No. ICD-10 : B26. Mumps
Tingkat Kemampuan : 4A

Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Parotitis mumps

  • Pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang bawah
  • Bengkak berlangsung tiba-tiba
  • Rasa nyeri pada area yang bengkak
  • Onset akut, biasanya < 7 hari
  • Gejala konstitusional: malaise, anoreksia, demam
  • Biasanya bilateral, namun dapat pula unilateral

2. Parotitis bakterial akut

  • Pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang bawah
  • Bengkak berlangsung progresif
  • Onset akut, biasanya < 7 hari
  • Demam
  • Rasa nyeri saat mengunyah

3. Parotitis HIV

  • Pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang bawah
  • Tidak disertai rasa nyeri
  • Dapat pula bersifat asimtomatik

4. Parotitis tuberkulosis

  • Pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang bawah
  • Onset kronik
  • Tidak disertai rasa nyeri
  • Disertai gejala-gejala tuberkulosis lainnya

5. Parotitis autoimun (Sjogren syndrome)

  • Pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang bawah
  • Onset kronik atau rekurens
  • Tidak disertai rasa nyeri
  • Dapat unilateral atau bilateral
  • Gejala-gejala Sjogren syndrome, misalnya mulut kering, mata kering
  • Penyebab parotitis lain telah disingkirkan

Faktor Risiko

  1. Anak berusia 2–12 tahun merupakan kelompok tersering menderita parotitis mumps
  2. Belum diimunisasi MMR
  3. Pada kasus parotitis mumps, terdapat riwayat adanya penderita yang sama sebelumnya di sekitar pasien
  4. Kondisi imunodefisiensi

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum dapat bervariasi dari tampak sakit ringan hingga berat
2. Suhu meningkat pada kasus parotitis infeksi
3. Pada area preaurikuler (lokasi kelenjar parotis), terdapat:

  • Edema
  • Eritema
  • Nyeri tekan (tidak ada pada kasus parotitis HIV, tuberkulosis, dan autoimun)

4. Pada kasus parotitis bakterial akut, bila dilakukan masase kelanjar parotis dari arah posterior ke anterior, nampak saliva purulen keluar dari duktur parotis.

Pemeriksaan Penunjang
Pada kebanyakan kasus parotitis, pemeriksaan penunjang biasanya tidak diperlukan. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menentukan etiologi pada kasus parotitis bakterial atau parotitis akibat penyakit sistemik tertentu, misalnya HIV, Sjogren syndrome, tuberkulosis.

Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis parotitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Komplikasi
  1. Parotitis mumps dapat menimbulkan komplikasi berupa: Epididimitis, Orkitis, atau atrofi testis (pada laki-laki), Oovaritis (pada perempuan), ketulian, Miokarditis, Tiroiditis, Pankreatitis, Ensefalitis, Neuritis
  2. Kerusakan permanen kelenjar parotis yang menyebabkan gangguan fungsi sekresi saliva dan selanjutnya meningkatkan risiko terjadinya infeksi dan karies gigi.
  3. Parotitis autoimun berhubungan dengan peningkatan insiden limfoma.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Parotitis mumps
Nonmedikamentosa
  • Pasien perlu cukup beristirahat
  • Hidrasi yang cukup
  • Asupan nutrisi yang bergizi
Medikamentosa
Pengobatan bersifat simtomatik (antipiretik, analgetik)

2. Parotitis bakterial akut
Nonmedikamentosa
  • Pasien perlu cukup beristirahat
  • Hidrasi yang cukup
  • Asupan nutrisi yang bergizi
Medikamentosa
  • Antibiotik
  • Simtomatik (antipiretik, analgetik)
3. Parotitis akibat penyakit sistemik (HIV, tuberkulosis, Sjogren syndrome)
 
Konseling dan Edukasi
  1. Penjelasan mengenai diagnosis, penyebab, dan rencana tatalaksana.
  2. Penjelasan mengenai pentingnya menjaga kecukupan hidrasi dan higiene oral.
  3. Masyarakat perlu mendapatkan informasi yang adekuat mengenai pentingnya imunisasi MMR untuk mencegah epidemi parotitis mumps.
Kriteria Rujukan
Parotitis dengan komplikasi
Parotitis akibat kelainan sistemik, seperti HIV, tuberkulosis, dan Sjogren syndrome.

Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam

Peralatan
Termometer
Kaca mulut

Referensi
Fox, P. C. & Ship, J. A., 2008. Salivary Gland Diseases. Dalam: M. Greenberg,
M. Glick & J. A. Ship, penyunt. Burket's Oral Medicine. Hamilton: BC Decker Inc, pp. 191-222. (Fox & Ship, 2008)

Popular posts from this blog

Benda asing di mata / Konjungtiva / Penyakit Mata

Benda asing di konjungtiva adalah benda yang dalam keadaan normal tidak dijumpai di konjungtiva dan dapat menyebabkan iritasi jaringan. Pada umumnya kelainan ini bersifat ringan, namun pada beberapa keadaan dapat berakibat serius terutama pada benda asing yang bersifat asam atau basa dan bila timbul infeksi sekunder. Masalah Kesehatan Benda asing di konjungtiva No. ICPC-2 : F76 Foreign body in eye No. ICD-10 : T15.9 Foreign body on external eye, part unspecified Tingkat Kemampuan : 4A Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Pasien datang dengan keluhan adanya benda yang masuk ke dalam konjungtiva atau matanya. Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, mata merah dan berair, sensasi benda asing, dan fotofobia. Faktor Risiko Pekerja di bidang industri yang tidak memakai kacamata pelindung, seperti: pekerja gerinda, pekerja las, pemotong keramik, pekerja yang terkait dengan bahan-bahan kimia (asam-basa). Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Lipoma / Tumor Jinak / Muskuloskeletal

Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada di bawah kulit yang terdiri dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun), namun juga dapat dijumpai pada anak-anak. Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari diameter 6 cm. Masalah Kesehatan  Lipoma  No. ICPC-2 : S78 Lipoma No.ICD-10 : D17.9 Benign lipomatous neoplasm Tingkat Kemampuan : 4A Hasil Anamnesis  Keluhan Benjolan di kulit tanpa disertai nyeri. Biasanya tanpa gejala apa-apa (asimptomatik). Hanya dikeluhkan timbulnya benjolan yang membesar perlahan dalam waktu yang lama. Bisa menimbulkan gejala nyeri jika tumbuh dengan menekan saraf. Untuk tempat predileksi seperti di leher bisa menimbulkan keluhan menelan dan sesak. Faktor Risiko  Adiposisdolorosis  Riwayat keluarga dengan lipoma  Sindrom Gardner Usia menengah dan usia lanjut Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)  Pemeriksaan Fisik Patologis Keadaan Umum : ta

Takikardi / Penyakit Kardiovaskuler

Takikardi adalah suatu kondisi dimana denyut jantung istirahat seseorang secara abnormal lebih dari 100 kali per menit. Sedangkan supraventikular takikardi (SVT) adalah takikardi yang berasal dari sumber di atas ventrikel (atrium atau AV junction), dengan ciri gelombang QRS sempit (< 0,12ms) dan frekuensi lebih dari 150 kali per menit. Ventrikular Takikardi (VT) adalah takikardi yang berasal dari ventrikel, dengan ciri gelombang QRS lebar (> 0,12ms) dan frekuensi biasanya lebih dari 150 kali per menit. VT ini bisa menimbulkan gangguan hemodinamik yang memerlukan tindakan resusitasi. Masalah Kesehatan Takikardia No. ICPC-2 : K79 Paroxysmal Tachicardy No. ICD-10 : R00.0 Tachicardy Unspecified I47.1 Supraventicular Tachicardy I47.2 Ventricular Tachicardy Tingkat Kemampuan : 3B Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Gejala utama meliputi: Palpitasi  Sesak napas  Mudah lelah  Nyeri atau rasa tidak nyaman di dada  Denyut jantung istirahat lebih dari 100 ka

Artritis, Osteoartritis / Muskuloskeletal

Penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Pasien sering datang berobat pada saat sudah ada deformitas sendi yang bersifat permanen. Masalah Kesehatan Artritis, Osteoartritis No. ICPC-2 : L91 Osteoarthrosis other No. ICD-10 : M19.9 Osteoarthrosis other Tingkat Kemampuan : 3A Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Nyeri sendi Hambatan gerakan sendi Kaku pagi Krepitasi Pembesaran sendi Perubahan gaya berjalan Faktor Risiko Usia > 60 tahun Wanita, usia >50 tahun atau menopouse Kegemukan/ obesitas Pekerja berat dengen penggunaan satu sendi terus menerus Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis Hambatan gerak Krepitasi Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris Tanda-tanda peradangan sendi Deformitas sendi yang permanen Perubahan gaya berjalan Pemeriksaan Penunjang Radiografi Penegakan Diagnosis (Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakka

Reaksi Gigitan Serangga / Penyakit Kulit / Insect Bite

Reaksi gigitan serangga (insect bite reaction) adalah reaksi hipersensitivitas atau alergi pada kulit akibat gigitan (bukan terhadap sengatan/stings) dan kontak dengan serangga. Gigitan hewan serangga, misalnya oleh nyamuk, lalat, bugs, dan kutu, yang dapat menimbulkan reaksi peradangan yang bersifat lokal sampai sistemik. Masalah Kesehatan Reaksi Gigitan Serangga No. ICPC-2 : S12 Insect bite/sting No. ICD-10 : T63.4 Venom of other arthropods Tingkat Kemampuan : 4A Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Pasien datang dengan keluhan gatal, rasa tidak nyaman, nyeri, kemerahan, nyeri tekan, hangat atau bengkak pada daerah tubuh yang digigit, umumnya tidak tertutup pakaian. Kebanyakan penderita datang sesaat setelah merasa digigit serangga, namun ada pula yang datang dengan delayed reaction, misalnya 10-14 hari setelah gigitan berlangsung. Keluhan kadang-kadang diikuti dengan reaksi sistemik gatal seluruh tubuh, urtikaria, dan angioedema, serta dapat berkembang me